sumber dari al-mihrab.com & samarindaryan.tripod.com
KELEDAI MEMBACA
Update : 14 / Oktober / 2005
Edisi 16 Th. 2-2005M/1426H
Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Tetapi Timur Lenk berkata, "Ajari
keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali ke mari, dan kita lihat hasilnya." Nasrudin berlalu, dan dua minggu
kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya
ke buku itu, dan membuka sampulnya. Si keledai menatap buku itu, dan tak lama mulai membalik halamannya dengan lidahnya. Terus
menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman Setelah itu si keledai menatap Nasrudin. "Demikianlah," kata Nasrudin,
"Keledaiku sudah bisa membaca." Timur Lenk mulai menginterogasi, "Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?" Nasrudin berkisah,
"Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai
itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik- balik
halaman buku dengan benar." "Tapi," tukas Timur Lenk tidak puas, "Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?" Nasrudin
menjawab, "Memang demikianlah cara keledai membaca: hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka
buku tanpa mengerti isinya, kita disebut setolol keledai, bukan ?"
MANIPULASI DESKRIPSI
Update : 14 / Oktober / 2005
Edisi 16 Th. 2-2005M/1426H
Nasrudin kehilangan sorban barunya yang bagus dan mahal. Tidak lama kemudian, Nasrudin tampak menyusun maklumat yang menawarkan
setengah keping uang perak bagi yang menemukan dan mengembalikan sorbannya. Seseorang protes, "Tapi penemunya tentu tidak
akan mengembalikan sorbanmu. Hadiahnya tidak sebanding dengan harga sorban itu." "Nah," kata Nasrudin, "Kalau begitu aku tambahkan
bahwa sorban itu sudah tua, kotor, dan sobek-sobek."
Salah Terka
Update : 07 / Oktober / 2005
Edisi 15 Th. 2-2005M/1426H
Ada seorang pedagang tua meninggal dunia dan mewariskan harta yang melimpah pada anak satu-satunya. Namun karena kebodohan
anak tersebut, dalam sekejap saja harta warisan tersebut telah habis. Tentu saja setelah kawan-kawannya tahu ia sudah jatuh
miskin merekapun meninggalkannya. Ketika ia benar-benar miskin dan sebatang kara, pergilah ia mendatangi Nasrudin yang terkenal
bijak dan dapat menolong orang yang terkena musibah. “Harta saya habis, dan kawan-kawan saya meninggalkan saya satu
persatu,” kata anak tersebut. “Tolong katakan apa yang akan terjadi pada saya sekarang.” “Oh, jangan
khawatir,”jawab Nasrudin. “Segalanya akan beres, dalam beberapa minggu ini”. Anak tersebut gembira bukan
main, mendengar kata-kata Naasrudin. “Jadi saya akan kembali seperti semula?” tanyanya. “Oh, tidak. Bukan
itu maksudku. Kau salah terka. Maksudku ialah dalam waktu yang tak lama lagi kau akan terbiasa hidup miskin dan terbiasa tak
punya teman”. Anak: ??????????’’’’
NA’UDZU BILLAH
Seorang raja yang zhalim bertanya kepada seorang Ulama, “Wahai Syeich,raja – raja terdahulu mempunyai gelar yang
bagus – bagus, seperti : Mu’arrif Billah, Mu’tashim Billah, dan lain – lain. Menurut Anda, gelar
apa yang pantas untuk saya?
Dengan lantang dan tegas Ulama tersebut pun menjawab, “Gelar yang cocok untuk sampeyan adalah Na’ uzu Billah.”
MUSIMAN
Usai Lebaran , Hamdan, Luthfi, dan Burhan bercerita seputar kampungnya masing – masing.
Hamdan : “Lut, di kampungmu lagi musim apa?” Tanya Hamdan.
Luthfi : “Lagi musim hujan, para petani disana banyak yang gagal panen.” Jawab Luthfi.
Burhan : “Kalau di kampungku lagi musim buah – buahan.” Burhan tak mau kalah.
Burhan & Luthfi : “Lha, kalau kalau dikampung mu lagi musim apa.Dan?” Tanya Luthfi & Burhan yang
hampir bersamaan.
Hamdan : “Karena banyak yang kena musibah, di kampungku kini lagi musim tobat.” Jawab Burhan dengan
lirih.
|